Entah kenapa beberapa waktu ini aku mendapatkan banyak curahan hati dari teman - teman ku. Yang pasti dengan problematika mereka masing - masing. Jujur, aku bingung untuk menanggapi yang satu ini.
Salah satu teman ku berkata, dia dijodohkan dengan orang tua nya. Karena dia sama dengan ku, pernah merasakan pahitnya patah hati terhadap seseorang. Hal ini yang membuat orang tua nya tak tega dan berencana menjodohkan kan nya dengan seseorang yang sudah mapan dan siap untuk memulai rumah tangga. Tetapi dia memiliki umur yang jauh diatas kami, ya bagus dong? kan bisa membimbing wanita seperti kami yang masih seperti anak - anak ini? Tetapi bukan itu masalahnya..
Untuk sebagian wanita, menikah adalah sesuatu yang sangat di impikan. Bahkan ini bukan hal sepele, karena tidak mudah untuk memilih pendamping yang akan menemani kita seumur hidup. Teman ku dengan terpaksa mencoba menjalani perjodohan ini, karena bagaimana lagi, dia tidak bisa menolak kala itu. Karena juga memang belum ada lelaki lagi yang singgah di hati nya untuk dijadikan alasan pembatalan perkenalan nya dengan lelaki yang akan di jodohkan dengan nya. Waktu demi waktu bergulir, dia bertemu dan berkomunikasi dengan lelaki yang menjadi pilihan orang tua nya. Karena ya mungkin memang bisa saja nantinya tumbuh rasa sayang seiring berjalan nya waktu.
Namun,
Setelah waktu berjalan, rasa itu pun tak kunjung datang. Bagai sayur tanpa garam. Hambar, sungguh hambar. Tak ada canda, kata romantis atau bumbu - bumbu lain layaknya hubungan seperti anak seumuran kami. Ini aneh, bagaimana mungkin menikahi seseorang yang bahkan diri sendiri tak memiliki ketertarikan atau rasa terhadapnya? Bahkan perasaan nyaman pun tidak. Padahal, ketika kita sudah menikah nanti, rasa nyaman lah yang bisa menjadi dasar rumah tangga. Ini aneh, sungguh aneh.
Dan suatu ketika dia bertemu dengan lelaki yang sudah lama ada di hidupnya, tetapi rasa nyaman baru tumbuh belum lama ini diantara mereka. Lelaki baru itu bisa menawarkan banyak kenyamanan kepadanya. Rasa bahagia bahkan selalu terpancar saat dia menceritakan tentang lelaki itu. Dia tampak merona dan menggebu saat menceritakan bagaimana nyaman dan bahagia nya dia dengan lelaki itu. Secepat ini? padahal dengan lelaki yang dijodohkan dengan nya dia tak bisa merasakan hal yang sama.
Kegalauan dalam hati nya pun semakin menjadi - jadi. Diperparah lagi dengan lelaki yang akan dijodohkan dengan nya menuntut kejelasan. Rupanya dia sudah mencium bau - bau tidak beres dengan calon pasangan nya. Yak, temanku bercerita jika dia sedang dekat dengan seseorang yang membuatnya nyaman. Dia bingung kenapa dia tak memiliki rasa yang sama ketika jalan dengan lelaki pilihan orang tua nya itu. Ternyata, lelaki itu berbesar hati untuk mau merubah kebiasaan nya yang kaku. Dia meminta waktu untuk bisa memperbaiki keadaan yang ada. Dia meminta jawaban secepatnya. Hal ini semakin membuat temanku merasa sangat bersalah. Bagiamana bisa dia menyakiti seseorang sebaik lelaki ini. Apalagi yang sebenarnya dia cari?
Bagaimana teman ku ini tidak bingung, dia ada di pilihan yang sangat sulit. Antara memilih lelaki pilihan orang tua nya, yang tidak dia cinta. Atau memilih lelaki yang bisa membuat dia nyaman saat bersamanya. Dan parahnya, waktu yang dia miliki tidak banyak untuk memikirkan hal ini. Ketika dia memilih lelaki pilihan ibunya, lelaki itu akan langsung melamar nya. Tak ada waktu lagi untuk main - main atau menimbang perasaan.
Sedangkan lelaki yang membuatnya nyaman pun juga bimbang, dia belum bisa menjanjikan apapun. "jalani saja dulu" . Lelaki ini pun tak yakin jika orang tua temanku akan menerima nya, karena menurutnya, keputusan orang tua temanku sudah tak dapat diganggu gugat untuk menjodohkan teman ku dengan lelaki mapan itu.
Dilema...sungguh dilema..akupun sebagai teman nya ikut merasakan galau yang luar biasa.
Pada dasarnya, wanita adalah makhluk yang selalu membutuhkan kejelasan, bukan? saat ini mungkin kata - kata "kita jalani saja dulu" itu adalah kata - kata momok. Ya, memang kita tak tau apa yang akan terjadi nanti. Tetapi, wanita tetap membutuhkan kejelasan. Apalagi di umur kami yang sudah bukan remaja lagi. Tetapi, rasa nyaman di dalam sebuah hubungan itu juga sangat diperlukan. Namun, berbeda cerita jika dengan kasus ini. Ketika dia sudah diberikan pilihan yang sudah jelas, namun tidak membuatnya nyaman? lalu bagaimana?
Walaupun di dalam agama sudah dijelaskan bahwa memang perasaan cinta akan datang sesudah akad, dan lebih baik dengan lelaki yang memang sudah berani melamar daripada lelaki yang hanya membawa wanitanya ke dalam hubungan yang belum jelas arahnya. Tetapi, sekali lagi ini masalah hati. Mungkin hanya dia dan Sang Pemilik Hati nya yang tau. Kami sebagai teman hanya bisa mendoakan yang terbaik. Semoga keputusan yang akan dia ambil membawa nya kepada kebahagiaan yang abadi. Semangat ya, kamu pasti bisa melewati ini :)